Cari Blog Ini

Sabtu, 22 Oktober 2011

HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN JATI


HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN JATI

A.     Hama dan Penyakit Tanaman Jati

Hama dan penyakit pada tanaman jati yang teridentifikasi dan terdokumentasi di hutan tanaman jati seperti pada Tabel 1.

Tabel 1. Jenis hama dan penyakit pada tanaman jati
No
Jenis Hama
Nama Umum Hama
Bagian Tanaman Yang diserang
Lokasi
1
Duomitus ceramicus
Oleng-oleng
Batang
Lapangan
2
Neotermes tectonae
Inger-inger
Batang

3
Hyblaea puera
Ulat jati
Daun
Lapangan
4
Pyrausta machaeralis
Ulat jati
Daun
Persemaian, lapangan
5
Phyllophaga sp
Uret
Akar
Persemaian, lapangan
6
Acarina sp.
Tungau merah
Daun
Persemaian
7
Kutu putih/lilin

Daun/pucuk
Persemaian
8
Lalat Putih

Batang
Persemaian
9
Dumping off
Penyakit layu/busuk semai
Leher akar
Persemaian
10
Rayap

Akar
Lapangan
11
Penggerek pucuk jati

Pucuk
Lapangan
12
 Pseudococcus
Kutu putih/sisik
Daun dan batang
Lapangan
13
 Peloncat Flatid Putih
Kupu putih
Daun dan batang
Lapangan
14
Xyleborus destruens
Kumbang bubuk basah
Batang
Lapangan
15
Pseudomonas tectonae
Penyakit layu bakteri
Batang
Lapangan
16
Loranthus Sp.
Benalu
Batang
Lapangan


1.        Hama Ulat Jati (Hyblaea puera & Pyrausta machaeralis)
Hama ini menyerang pada awal musim penghujan, yaitu sekitar bulan Nopember – Januari. Daun-daun yang terserang berlubang-lubang dimakan ulat. Bila ulat tidak banyak cukup diambil dan dimatikan. Bila tingkat serangan sudah tinggi, maka perlu dilakukan pengendalian dengan cara penyemprotan menggunakan insektisida.


2.      Hama Uret (Phyllophaga sp)
Hama ini biasanya menyerang pada bulan Pebruari – April. Uret merupakan larva dari kumbang. Larva ini aktif memakan akar tanaman baik tanaman kehutanan (tanaman pokok dan sela) maupun tanaman tumpangsari (padi, palawija, dll) terutama yang masih muda, sehingga tanaman yang terserang tiba-tiba layu, berhenti tumbuh kemudian mati. Jika media dibongkar akar tanaman terputus/rusak dan dapat dijumpai hama uret.
Kerusakan dan kerugian paling besar akibat serangan hama uret terutama terjadi pada tanaman umur 1-2 bulan di lapangan, tanaman menjadi mati. Serangan hama uret di lapangan berfluktuasi dari tahun ke tahun, umumnya bilamana kasus-kasus serangan hama uret  tinggi pada suatu tahun, maka pada tahun berikutnya kasus-kasus kerusakan/serangan menurun.
·         Pengendalian
a.       Kasus-kasus serangan hama uret umumnya menonjol pada lokasi-lokasi dengan  jenis tanah berpasir (regosol)
b.      Pencegahan dan pengendalian hama uret dilakukan dengan penambahan insektisida-nematisida granuler (G) di lubang tanam pada saat penanaman tanaman atau pada waktu pencampuran media di persemaian, khususnya pada lokasi-lokasi endemik/rawan hama uret. 
c.       Untuk efektivitas dan efisiensi langkah pengendalian, informasi tentang fluktuasi serangan hama uret dari tahun ke tahun perlu dimiliki pengelola lapangan. Ini penting untuk menentukan perlu tidaknya memberikan tindakan pencegahan/ pengendalian pada suatu penanaman pada suatu waktu.

3.      Hama rayap
Serangan dapat terjadi pada tanaman jati muda pada musim hujan yang tidak teratur dan puncak kemarau panjang. Pada kasus serangan di puncak kemarau disebabkan rendahnya kelembaban di dalam koloni rayap sehingga rayap menyerang tanaman jati muda. Prinsip pengendaliannya dengan mencegah kontak rayap dengan batang/perakaran tanaman
·         Cara-cara penanggulangan rayap yang dapat dilakukan :
1)      Preventif
-      secara tradisional dilakukan dengan menaburkan abu kayu di pangkal batang pada waktu penanaman
-      pemberian insektisida granuler (G), pada lubang tanam ketika penanaman, khususnya pada lokasi yang diketahui endemik/rawan rayap
-      mengurangi kerusakan mekanis pada perakaran dalam sistem tumpang sari
-      menghilangkan sarang-sarang pada lokasi
2)     Pengendalian :
-  mengoleskan kapur serangga di pangkal batang
-  pemberian insektisida granuler di pangkal batang
-  penaburan abu kayu di sekeliling pangkal batang
-  menghilangkan sarang-sarang pada lokasi

4.      Hama Kutu Putih (Pseudococcus/mealybug)
Kutu putih/kutu sisik (famili Coccidae, ordo Homoptera) yang pernah dilaporkan menyerang tanaman jati antara lain : Pseudococcus hispidus dan  Pseudococcus (crotonis) tayabanus.
Kutu ini mengisap cairan tanaman tumbuhan inang. Waktu serangan terjadi pada musim kering (kemarau). Seluruh tubuhnya dilindungi oleh lilin/tawas dan dikelilingi dengan karangan benang-benang tawas berwarna putih; pada bagian belakang didapati benang-benang tawas yang lebih panjang. Telur-telurnya diletakkan menumpuk yang tertutup oleh tawas.
Kerusakan pada tanaman jati muda dapat terjadi bilamana populasi kutu tinggi. Kerusakan yang terjadi antara lain : daun mengeriting, pucuk apikal tumbuh tidak normal (bengkok dan jarak antar ruas daun memendek).
Gangguan kutu ini akan menghilang pada musim penghujan. Namun demikian kerusakan tanaman muda berupa bentuk-bentuk cacat tetap ada. Hal tersebut tentunya sangat merugikan regenerasi tanaman yang berkualitas.
Kutu-kutu ini memiliki hubungan simbiosis dengan semut (Formicidae), yaitu semut gramang (Plagiolepis [Anaplolepis] longipes) dan semut hitam (Dolichoderus bituberculatus) yang memindahkan kutu dari satu tanaman ke tanaman lain. 
·         Pengendalian
Pengendalian dilakukan bila populasi kutu per tanaman muda cukup besar. Pengendalian dilakukan dengan penyemprotan pada tanaman-tanaman yang terserang. Langkah-langkah pengendalian hama kutu putih antara lain sebagai berikut :
a.    Penyemprotan dengan insektisida nabati (pemilihan jenis insektisida kimia sesuai Lampiran 2).
b.    Untuk memulihkan bentuk-bentuk yang cacat maka dapat dilakukan pemotongan sampai pada batas atas kuncup ketiak, yang kelak akan menjadi tunas akhir yang lurus dan baik. Kegiatan pemotongan bagian-bagian yang cacat ini hendaknya dilakukan pada awal musim penghujan.

5.      Hama Kupu Putih (Peloncat Flatid Putih)
Kasus serangan hama kupu putih dalam skala luas pernah terjadi pada tanaman jati muda di KPH Banyuwangi Selatan pada musim kemarau tahun 2006. Serangga ini hinggap menempel di batang muda dan permukaan daun bagian bawah. Jumlah individu serangga tiap pohon dapat mencapai puluhan sampai ratusan individu.
Hasil identifikasi serangga, diketahui bahwa serangga yang menyerang tanaman jati muda ini adalah dari kelompok peloncat tumbuhan (planthopper) flatid warna putih (famili Flatidae, ordo Homoptera/Hemiptera). Dari kenampakan serangga maka kupu putih yang menyerang jati ini sangat mirip dengan spesies flatid putih Anormenis chloris. Jenis-jenis serangga flatid jarang dilaporkan menyebabkan kerusakan ekonomis pada tanaman budidaya.
Nilai kehadiran serangga kupu putih (flatid putih) ini menjadi penting karena waktu serangan terjadi pada musim kemarau yang panjang. Tanaman jati yang telah  mengurangi tekanan lingkungan dengan menggugurkan daun semakin meningkat tekanannya akibat cairan tubuhnya dihisap oleh serangga flatid putih. Dengan demikian serangan serangga flatid putih ini dapat meningkatkan resiko mati pucuk jati muda selama musim kemarau.
·         Pengendalian :
Serangga jenis-jenis peloncat flatid jarang dilaporkan menyebabkan kerugian ekonomis pada tanaman budidaya. Namun demikian bilamana populasi serangga tiap individu pohon sudah tinggi dan dalam skala luas serta dalam musim kemarau yang panjang maka kehadiran serangga flatid putih ini dapat memperbesar tekanan terhadap tanaman jati muda berupa peningkatan resiko mati pucuk di lapangan.
Pengendalian hama seperti peloncat flatid putih di atas dapat dilakukan dengan aplikasi insektisida sistemik melalui batang (bor atau bacok oles), dan penyemprotan bagian bawah daun, ranting-ranting, dan batang muda jati dengan insektisida racun lambung. Pemilihan jenis pestisida mengacu pada Lampiran 2.







6.      Penyakit Layu – Busuk Semai

Serangan penyakit pada persemaian terjadi pada kondisi lingkungan yang lembab, biasanya pada musim hujan.  Berdasarkan karakteristik serangannya, penyakit yang muncul pada persemaian dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :
·      Serangan penyakit dipicu oleh kondisi lingkungan yang lembab.
Gejala yang timbul biasanya bibit busuk. Penanganan secara mekanis dapat dilakukan dengan penjarangan bibit, wiwil daun, serta pemindahan bibit ke open area, dengan tujuan untuk mengurangi kelembaban.
·    Serangan penyakit dipicu oleh hujan malam hari/dini hari pada awal musim hujan (penyakit embun upas).
Gejala yang timbul berupa daun layu seperti terkena air panas. Serangan penyakit ini umumnya muncul pada saat pergantian musim dari musim kemarau ke musim penghujan, saat hujan pertama turun yang terjadi pada malam hari atau dini hari pada awal musim hujan. Serangan penyakit terutama pada bibit yang masih muda, jumlah bibit yang terserang relatif banyak, cepat menular melalui sentuhan atau kontak daun, dan bersifat  mematikan.

UPAYA PENCEGAHAN HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN
A.     Monitoring hama dan penyakit
Monitoring hama dan penyakit sebagai sistem pencegahan serangan hama dan penyakit merupakan tindakan deteksi dini dan preventif untuk mengetahui secara cepat hama dan penyakit yang menyerang sehingga dengan segera dapat dilakukan tindakan pemberantasan.
Monitoring hama dan penyakit dilakukan pada kegiatan pengelolaan sumberdaya hutan sebagai berikut ;
  1. Kegiatan Persemaian
  2. Kegiatan Tanaman (1 – 3 tahun)
  3. Kegiatan Pemeliharaan 4-5 tahun
  4.  Kegiatan Penjarangan
Penjarangan adalah suatu perlakuan silvikultur berupa pengaturan ruang tumbuh tanaman dan penyeleksian tegakan yang akan dipelihara hingga akhir daur.
Beberapa tindakan atau kegiatan yang dilakukan guna melakukan pencegahan hama dan penyakit antara lain :
1.      Lingkungan fisik
a)      Pengaturan drainase
b)      Pengolahan tanah
2.    Lingkungan Biologi
a)      Pemilihan jenis yang tepat
b)      Pemilihan bibit yang sehat
c)      Pengaturan pola tanam dan jarak tanam
d)      Pemeliharaan intensif
e)      Penjarangan

PEMBERANTASAN HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN
A.  Secara Fisik Mekanik
Pembasmian hama dan penyakit secara fisik dapat dilakukan melalui:
1.      Pemangkasan lokal
2.      Dicabut
3.      Ditebang
4.      Penghalang isolasi adalah daya upaya yang dijalankan untuk mencegah penyebaran hama dan penyakit tanaman berdasarkan peraturan perundang-undangan
5.      Pemberian abu kayu pada serangan rayap
6.      Perlakuan panas
Pembasmian hama dan penyakit secara mekanik dapat dilakukan melalui:
1. Pengambilan menggunakan tangan. Dapat dilakukan pada jenis hama ulat dan belalang, dengan intensitas serangan hama dalam skala kecil.
2. Penangkapan bersama-sama oleh banyak orang (gropyokan-Jawa) pada hama belalang.
3. Pemasangan perangkap

B.  Penggunaan Pestisida
1.    Biopestisida/Pesticida organik
2.      Pestisida kimia

Tidak ada komentar: